10.41
0
Sudah menjadi ketentuan Allah bahwasanya manusia akan melewati tahapan-tahapan dalam perjalanannya menuju Allah. Dari alam ruh kita dipindahkan ke alam rahim hinga akhirnya hiduplah orang-orang yang dilahirkan dalam keadaan hidup dan matilah bayi-bayi yang mati sebelum menghirup nafas di bumi ini. Ternyata kehidupan didunia ini pun tak berlangsung lama, hanya 60-70 tahun saja kemudian kita semua akan mati dan ruh kita berpindah ke alam barzakh (kubur) dan seterusnya untuk melangsungkan perjalanan selanjutnya menuju Allah, hingga kita sampai pada suatu hari yang Allah firmankan: “Di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”(As-Syu’ara: 88-89).

Allah pun jauh-jauh hari telah memperingatkan kita dengan firmannya “Adapun orang yang melampaui batas, Dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, Maka Sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya”. (An-Nazi’at: 37-41) Kehidupan “dunia” sesungguhnya sangat rendah dalam pandangan Allah. Ini dikarenakan kehidupan dunia merupakan penghalang utama jalan bagi seorang muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan kata lain, cinta dunia merupakan hijab (tabir penghalang) antara manusia dengan tuhannya. Cinta dunia dianggap sebagai sesuatu ujung dari segala sesuatu yang menyimpang. Dengan semua kemegahan dan keelokannya, dunia telah menjadikan sesorang lalai akan hakekat hidup manusia di bumi, yakni beribadah kepada Allah. Dan menjadikan manusia lupa akan adanya hari akhir.

Arti dan Dasar Cinta Dunia

Cinta merupakan ketergantungan hati terhadap sesuatu. Dan cinta adalah suatu keterlibatan yang sangat mendalam disertai dengan perasaan mendambakan dan keinginan untuk memuaskan. Dalam ranah sufi, cinta diartikan sebagai sesuatu yang menjadi tujuan, dan sesuatu tang menjadi tujuan merupakan sesuatu yang di ‘abdi (disembah). Sedangkan dunia sering di sebut dengan panggung sandiwara, dunia merupakan sendagurau dan permainan. Dunia merupakan kehidupan yang berorientasi pada masa sekarang dan kebanyakan dilandasi atas dasar meterialistik, pragmatis. Didalam alqur’an di jelaskan pada surat al-An’am: 32: yang artinya: “dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”. (QS. Al-An’am: 32).

Berkenaan dengan hal tersebut, Rasulullah diutus di dunia untuk menyempurnakan moral manusia. Salah satunya meluruskan manusia dari kecintaan terhadap dunia. Pada sebuah sejarah diceritakan ketika Rasulullah melewati seekor kambing yang sudah menjadi bangkai, Rasulullah bersabda:

“tidakkah engkau melihat kambing ini hina bagi pemiliknya? Para sahabat berkata: “benar”, Rasulullah bersabda: “Demi dzat yang menguasai jiwaku, sesungguhnya dunia itu lebih hina bagi Allah, dari pada kambing ini bagi pemiliknya. Seandainya dunia itu seimbang disisi Allah dengan sayap seekor nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberikan minum terhadap orang kafir dari dunia seteguk air pun”. Dan sabdanya pula: “dunia itu penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.”

Dalam alqur’an banyak ayat yang menjelasakan tentang cinta dunia. “dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, (QS. Ali Imron: 14)” Pada hakikatnya manusia diciptakan didunia semata-mata untuk beribadah dan menjadi kholifah di bumi, sehingga ketika ada menusia yang mempunyai kehendak dan tujuan utama yang lain (dalam hal ini adalah keduniaan) merupakan tindakan yang tidak tepat.

Dalam ayat di atas dijelaskan mengenai kategori keduniaan, yakni wanita, anak-anak, dan harta benda. Ketiga kategori inilah yang menjadikan manusia lalai akan tugas manusia sebagai kholifah di bumi. Jadi maksud cinta dunia adalah cinta selain kepada Allah, baik itu kepada wanita, anak-anak, maupun kepada harta benda yang telah tersurat pada surat Ali Imron ayat 14.

Pada surat lain juga dijelaskan, pada surat al-Insan ayat 27: ”Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat).” Cinta dunia di umpamakan seorang hamba yang lupa akan diri dan tempat dirinya kembali adalah seperti orang berhaji yang diam dijalan tempat memulai ihram. Ia selalu memberi makan unta, mengurus, membersihkan, dan memberinya berbagai jenis pakaian. Dibawakan padanya rerumputan dan minuman yang dingin, sementara itu ia lupa akan hajinya. Dalam sebuah riwayat di ceritakan, nabi Isa pernah berkata: “janganlah engkau menjadikan dunia sebagai Rabb, nanti ia akan menjadikanmu sebagai hambanya.”

Sikap Muslim Dalam Menghadapi Dunia Materi

Kecintaan terhadap dunia merupakan sikap yang mengutamakan masa sekarang, mereka lupa bahwa kelak ada hari penentuan (hari akhir). Al-Qur’an berulang kali mengingatkan kita agar tidak terpedaya oleh pesona dunia. Sesungguhnya kehidupan dunia ini sangatlah fana dan singkat, sedangkan di akhirat kelak tersedia surga dengan segala kenikmatannya dan neraka dengan segala penyiksaannya. Akhirat adalah kehidupan yang sejati, kekal dan tidak ada akhirnya. “ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadiid: 20)”.

Pada Surat Ar-Rad’: 26, “ Artinya: Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, Padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (QS. Ar-Rad’: 26)”

Pesona dunia dan kemilaunya hanyalah berpengaruh pada jiwa-jiwa yang tidak meyakini hari akhir dengan segala peristiwa dahsyatnya. Hal ini karena hari akhir (surga dan neraka) adalah sesuatu yang ghaib dan tidak kasat mata. Sedangkan jiwa manusia sangat condong dengan sesuatu yang nampak, nyata dan dekat. Padahal pesona dunia ini jika dibandingkan dengan pesona surga, sangatlah tidak ada artinya. Akan tetapi pesona surga tersebut tidak nampak, tidak bisa dibuktikan di dunia.

Perlu kita ketahui, ketika kita sudah mengetahui mengenai permasalahan cinta dunia, bukan berarti kita hanya berorientasi pada akhirat semata dan bukan juga kita tak boleh merasakan kenikmatan dunia. Yang terpenting adalah bagaimana kehidupan dunia ini tidak menjadikan kita lalai dan lupa dalam mengingat Allah. Dalam al-qur’an dijelaskan pada surat al-Munafiqun: 9: “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi. (QS. al-Munafiqun: 9).”

Ada tiga sikap positif dalam memandang kehidupan dunia ini:

1.Capai kenikmatan dunia ini dengan cara yang baik dan halal, bukan dengan menghalalkan segala cara;

2.Gunakan apa yang kita miliki dengan cara yang baik dan untuk kebaikan;

3.Jangan sampai lupa dengan Allah dalam menikmati hal-hal yang bersifat duniawi sehingga tetap dalam dalam kerangka bersyukur dan beribadah kepada Allah.

Selain ketiga sikap diatas, seorang muslim dalam mensikapi kehidupan dunia adalah lewat zuhud. Zuhud dalam kaidah masa sekarang jangan diartikan meninggalkan dunia seutuhnya, akan tetapi zuhud merupakan suatu upaya mempersenjatai diri dengan nilai-nilai ruhaniah yang baru yang akan menegakkannya saat menghadapi problema hidup dan kehidupan yang serba materialistik dan berusaha merealisasikan keseimbangan jiwanya sehingga timbul kemampuan menghadapinya dengan sikap yang jantan. Kehidupan dunia hanyalah sebuah sarana bukan tujuan. Untuk itu perlu ditanamkan sikap qanaah (menerima apa adanya setelah berusaha), tawakkal (berserah diri atas segala usaha), sabar (tabah dalam menghadapi keadaan dirinya, baik nikmat atau musibah), syukur dan sebagainya yang sesuai dengan ajaran agama.

Cinta Dunia, Lemahkan Umat Islam

الدّنيا سجن المؤمن وجنّة الكافر Artinya: Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.

Cinta dunialah yang memakmuran neraka dengan dipenuhi oleh para pelakunya. Zuhud terhadap dunialah yang memakmurkan surga dengan para pelakunya. Yahya bin Mu'adz berkata, "Dunia itu arak setan. Barangsiapa mabuk karenaya niscaya tidak akan sadar sampai ia berada diantara orang-orang yang sudah mati, menyesal bersama orang-orang yang merugi." Paling tidak, cinta dunia akan melengahkan seseorang dari cinta kepada Allah SWT dan berdzikir kepadaNya. Nah Barangsiapa dilengahkan oleh harta bendanya termasuklah ia ke dalam kelompok orang-orang yang merugi. Dan hati, jika telah lalai dari dzikrullah pasti setan menguasainya, dan disetir sesuai kehendaknya. Setan akan menipunya sehingga ia merasa telah mengerjakan banyak kebaikan, padahal ia baru melakukan sedikit saja. Abdullah bin Mas'ud berkata,"Bagi semua orang didunia ini adalah tamu, dan harta itu adalah pinjaman. Setiap tamu pasti akan pergi lagi dan setiap pinjaman pasti harus dikembalikan."

Para ulama berkata ,"Cinta dunia itu pangkal segala kesalahan dan pasti merusak agama ditinjau dari berbagai sisi : Pertama, mencintainya akan mengakibatkan mengagungkannya. Padahal disisi Allah SWT dunia ini sangatlah remeh. Kedua. Allah SWT telah melaknatnya, memurkai, dan membencinya, kecuali yang ditujukan kepadaNya. Barangsiapa mencintai sesuatu yang telah dilaknat, dimurkai, dan dibenci oleh Allah SWT berarti ia menyediakan diri untuk mendapat siksa, kemurkaan Allah SWT, dan juga kebencianNya. Ketiga, orang yang cinta dunia pasti menjadikannya sebagai tujuan akhir dari segalanya. Pun ia akan berusaha semampunya untuk mendapatkannya. Padahal seharusnya ia melakukan itu untuk sampai kepada Allah SWT, sampai ke akhirat.

Mencintai dunia akan menghalangi seorang hamba dari aktifitas yang bermanfaat untuk kehidupan di akhirat. Ia akan sibuk dengan apa yang dicintainnya. Sehubungan dengan ini manusia terbagi menjadi beberapa tingkatan:

1) Ada diantara mereka yang disibukan oleh kecintaannya dari iman dan syariat.

2) Ada yang disibukan dari melaksanakan kewajiban2nya.

3) Ada yang disibukan sehingga meninggalkan kewajiban yang menghalanginya untuk eraih dunia, walaupun ia masih melaksanakan kewajiban yang lain.

4) Ada yang disibukan sehingga tidak melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya. Dikerjakan bukan pada waktu yang tepat.

5) Ada juga yang disibukan sehingga kewajiban yang dilaksanakan baru sekedar lahirnya saja. Para pecinta dunia sangatlah jauh dari ibadah yang terkumpul disana lahir dan bathin.

6) Paling tidak, seorang pecinta dunia akan melalaikan hakekat kebahagiaan seorang hamba. Yaitu kosongnya hati selain untuk mencintai Allah SWT dan diamnya lisan selain berdzikir kepadaNya. Juga, tepatnya hati dengan lisan dan tepatnya hati dan lisan dengan Rabbnya.

untuk itu,

"Hidup lah Di Dunia Tanpa Dimiliki Dunia"

Sumber data:

Al- Ghazali, Mutiara Ihya’ Ulumuddin, Cet. I, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008.

Hawwa, Sa’id, Tazkiyatun Nafs: Intisari Ihya’ Ulumuddin, Cet. III, Jakarta: Darus Salam, 2005

Syukur, Amin, Tasawuf Konstektual: Solusi Problem Manusia Modern, -Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Syukur, M. Amin, Zuhud di Abad Modern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.

Yani, Ahmad, Materi Dakwah Pilihan, Depok: Kelompok Gema Insani, 2006.

Yayat Supriyatna, http://blubugs.blogspot.com/2004/10/bahaya-cinta-dunia.html

0 komentar:

Posting Komentar