10.48
0
Sekolah bersistem SKS merupakan sebuah tren baru dalam dunia pendidikan sekolah di Indonesia. Selama ini mungkin yang kita kenal sistem SKS ada di perguruan tinggi, tetapi sekarang sistem SKS dikenal di sekolah, bahkan katanya sekolah RSBI wajib menggunakan sistem ini.

Penerapan SKS sebenarnya bukan isu baru dalam dunia pendidikan menengah indonesia. Isu ini kembali menguat ditengah-tengah berbagai persoalan pendidikan menengah saat ini. Diantara persoalan tersebut adalah banyaknya mata pelajaran yang dibebankan kepada siswa setiap minggunya, bahkan ada yang mencapai 16 mata pelajaran. Banyaknya mata pelajaran yang dibebankan tersebut menyebabkan siswa mengikuti pelajaran dengan “terpaksa”. Perasaan terpaksa tersebut muncul karena tuntutan dari banyak pihak seperti guru, kepala sekolah dan orang tua agar sang siswa dapat mencapai hasil maksimal. Sehingga, agar tuntutan tersebut terpenuhi, siswa berusaha melakukan berbagai cara seperti mencontek dan hal lain yang dapat mewujudkan keinginan banyak pihak tersebut.

Selain itu, beban berat tersebut akan menimbulkan rasa malas bagi sebagian siswa. Karena sangat banyaknya mata pelajaran yang harus mereka pelajari, dan tentunya dengan masing tugas dan pekerjaan rumah (PR) nya maka bagi siswa yang apatis akan muncul sifat malas.

Penerapan SKS di perguruan tinggi memungkinkan siswa masuk kuliah pagi, kemudian kosong di siang hari, dan kuliah lagi di sore hari, lantas bagaimana SKS di sekolah? kan siswanya harus masuk terus dari jam 7 sampai pulang, ga boleh ada jam kosong. Untuk hal ini ada program tersendiri untuk merumuskannya sehingga siswa ga ada yang kosong jamnya.

Dari sisi pedagogis, SKS memungkinkan siswa memilih mata pelajaran yang disukainya, sesuai bakat minatnya. Tentu, hal yang bagus. Kemudian dengan sistem SKS ini siswa tidak akan ada yang tinggal kelas, karena mereka dapat mengulang mata pelajaran yang mendapat nilai jelek, dan juga dimungkinkan dilakukan di semester pendek. Siswa juga mendapat kesempatan untuk belajar lebih dalam, atau mendapatkan nilai yang lebih baik dengan cara mengulang, kesempatan belajar tidak ada habisnya dalam 3 tahun.

Lantas apakah seorang siswa dapat menjadi siswa abadi? ini mungkin salah satu kelemahan sistem SKS di sekolah, karena pada akhirnya siswa kemungkinan akan diluluskan, walaupun melalui beberapa tahapan remedial atau mengulang kelas, dengan kata lain walaupun nilainya jelek yang kemudian menjadi bagus karena gurunya kasihan. Itu bisa terjadi.

Kemudian yang menjadi masalah adalah tingkat kemandirian siswa yang belum setara dengan mahasiswa, padahal sistem SKS sangat menuntut kesadaran siswa yang tinggi untuk belajar dan berusaha. Untuk yang satu ini diperlukan guru yang dapat mendampingi dan memperhatikan siswa, seperti guru BK.

Di lain pihak kemungkinan untuk lulus cepat menjadi salah satu keuntungan, siswa dimungkinkan lulus dalam dua tahun tidak tiga tahun. Berapa SKS yang diperbolehkan diambil tiap semesternya? Jika nilainya rendah hanya 10 SKS, tetapi jika nilainya bagus bisa belasan SKS. Oiya sistem SKS ini juga menganut konsep IPK untuk nilai. Untuk keseluruhan minimal sekitar 120an SKS untuk memenuhi kelulusan. Sistem SKS ini akan lebih bagus jika dilaksanakan dengan sistem kelas berpindah (moving class). Sumber: Kompasiana.com

0 komentar:

Posting Komentar